Tuesday, August 01, 2006

Pengorbanan Seorang Anak
oleh : KH Abdullah Gymnastiar

Bagaimana pun keadaan orangtua kita, darah dagingnya melekatdalam diri kita. Kalau keduanya masih bergelimang dosa, kitawajib berikhtiar secara optimal untuk membantu serta mendoakanagar Allah menyadarkan dan mengampuni segala dosanya.Mahasuci Allah Dzat yang tak pernah bosan mengurus semuahamba-Nya. Yang telah menjadikan amalan memuliakan orangtua(birul walidain) sebagai amalan yang amat dicintai-Nya. DemiAllah, siapa pun yang selalu berusaha untuk memuliakan keduaorangtuanya, niscaya Allah akan mengangkat derajatnya ketempat paling tinggi di dunia maupun di akhirat.Difirmankan, Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuatbaik) kepada dua orangtua ibu bapaknya. Ibunya telahmengandungnya dalam keadaan lemah dan bertambah-tambah, danmenyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepadadua orang ibu bapakmu. Hanya kepada-Kulah kembalimu (QS Lukman<31>: 14).Alangkah tepat andai firman Allah tersebut kita bacaberulang-ulang dan kita renungkan dalam-dalam. Sehingga Allahberkenan mengaruniakan cahaya hidayah kepada kita,mengaruniakan kesanggupan untuk mengoreksi diri, "Seberapajauh kita telah memuliakan ibu bapak?"."Like Father like son". Istilah tersebut tidak berlaku bagikeluarga yang satu ini. Kebiasaan sang ayah yang suka berjudi,mabuk dan berperilaku buruk, sama sekali tidak pernahdilakukan anak-anaknya. Di antara mereka, si bungsu yang masihduduk di bangku SMP inilah yang paling saleh. Walau dianggappaling saleh, paling baik dan paling penurut, ia seringmenjadi sasaran kemarahan ayahnya. Namun, anak ini sangatsabar menghadapi perilaku buruk ayahnya. Suatu saat Allahmenakdirkan ayahnya menderita sakit parah. Setiap ia hanyabisa terbaring lemah di tempat tidur. Semua kebutuhannyadilayani orang lain. Ternyata si bungsu inilah yang palingtelaten mengurus sejak awal ia jatuh sakit.Melihat kesabaran anaknya tersebut, ia bertanya, "Mengapaengkau masih mau merawat diriku?" Mendengar pertanyaantersebut, si bungsu menjawab dengan sopan, "Inilah yangdiajarkan oleh Islam, yaitu memuliakan orangtua." Dialogantara ayah dan anak ini terus berlanjut, hingga akhirnya sangayah tersadar akan sikap buruknya selama ini. Namun, anak itumerasa dirinya belum pantas disebut anak saleh. Dirinya merasabaru belajar berbakti kepada orangtua.Mendengar semua itu, berlinanglah air mata sang ayah. Pelukanerat seolah tidak mau ia lepaskan dari anaknya. Tidak lagitampak raut muka sinis dan kejam dari wajahnya. Saat itu pulapintu hatinya terbuka. Allah berkenan memberikan hidayahmelalui anak bungsunya.Kisah sejati yang pernah terungkap dalam sebuah dialog inimungkin banyak terjadi di sekitar kita. Semoga kita dapatmengambil hikmah dan terus belajar serta memahami bahwa hidupadalah sebuah proses. Setiap orang berproses. Ada yang awalnyakurang ilmu, namun karena mau belajar, maka lambat launilmunya makin bertambah. Ada pula orang yang hatinya diliputikebencian, seperti kisah di awal, namun lambat laun kebenciantersebut berkurang dan berganti menjadi kasih sayang. Manusiahanya wajib berusaha dan berproses sebaik-baiknya. Namunhidayah dan keputusan sepenuhnya ada dalam genggaman Allah.Saudaraku, bagaimana pun keadaan orangtua kita, darahdagingnya melekat dalam diri kita. Kalau keduanya belum saleh,maka kita harus berusaha agar orangtua kita dibukakan hatinya.Kalau orangtua masih bergelimang dosa, kita wajib berikhtiarsecara optimal untuk membantu serta mendoakan agar Allahmenyadarkan dan mengampuni segala dosanya. Kalau orangtuabelum taat, kitalah yang harus membuktikan bahwa kita mengenalagama dan menaatinya. Sikapi kekurangan orangtua dengankelapangan hati. Bagaimana pun tidak ada manusia sempurna.Semoga kisah ini mampu memotivasi kita untuk semakinmemuliakan orangtua. Amin.

No comments: